Rojulun Shalih ... [bag. 1]




Menara Indosat,
18 Ramadhan 1427 H - 11 Oktober 2006

Ikhwah fillah, tahukah antum point pertama dari ciri seorang rojulun shalih yang kehadirannya dirindukan oleh surga?
Mereka yang senantiasa dapat melaksanakan sholat dalam keadaan khusyu adalah jawabannya. Subhanalloh, hal ini menjadikan saya berpikir ternyata memang betul semua pangkal dari segala kegiatan kita serta harapan kita selalu berujung pada ibadah yang satu ini, yaitu shalat.
Ikhwah fillah, banyak orang mengatakan bahwa kita tidak akan mungkin untuk bisa melaksanakan sholat dalam keadaan khusyu. Hal itu memang dapat dimaklumi dengan kadar keimanan kita yang mungkin masih jauh dari seorang hamba Alloh yang sempurna, namun tidak salah mestinya jika kita mencoba untuk bisa meraih hal tersebut. Dalam artian, kita harus tetap berusaha untuk bisa meraih dan mencapainya.

Ada beberapa tahapan yang mungkin bisa membantu kita agar bisa melaksanakan sholat dengan khusyu, ini saya sunting dari beberapa artikel yang saya temukan di internet, mudah-mudahan bermanfaat,

Takbir

Takbiratul Ihram --->
ALLAAHU AKBAR (Allaah Maha Besar)





Allaahu akbar kabiira,
walhamdulillaahi katsiira, wa subhanallaahi bukrataw, waashiila.


(Allah Maha Besar, dan
Segala Puji yang sangat banyak bagi Allah, dan Maha Suci Allah sepanjang pagi,
dan petang).




Innii wajjahtu wajhiya,
lillazii fatharassamaawaati walardha, haniifam, muslimaa, wamaa ana minal
musrykiin.


(Sungguh aku hadapkan
wajahku kepada wajahMu, yang telah menciptakan langit dan bumi, dengan penuh
kelurusan, dan penyerahan diri, dan aku tidak termasuk orang-orang yang
mempersekutuan Engkau/Musryik)




Innasshalaatii, wa
nusukii, wa mahyaaya, wa mamaati, lillaahi rabbil 'aalamiin.


(Sesungguhnya shalatku,
dan ibadah qurbanku, dan hidupku, dan matiku, hanya untuk Allaah Rabb Semesta Alam).




Laa syariikalahu,
wabidzaalika umirtu, wa ana minal muslimiin.


(Tidak akan aku
menduakan Engkau, dan memang aku diperintahkan seperti itu, dan aku termasuk
golongan hamba yang berserah diri kepadaMu)





Adapun Rasulullaah ketika
membaca surah Al-Faatihah senantiasa satu napas per satu ayatnya, tidak
terburu-buru, dan benar-benar memaknainya. Surah ini memiliki khasiat yang
sangat tinggi sekali. Bahkan Ibn Qayyim Al-Jauziyyah sampai menuliskan makna
iyyaaka na'budu wa iyyaaka nasta'iin, dalam satu kitabnya yang berjudul
Madarijus Saalikin, dimana beliau bercerita ketika di suatu kota ia menderita
sakit, maka ia membacanya per ayat dengan sungguh-sungguh, dan ia rasakan bahwa
setiap selesai satu ayat dibacanya, terasa berguguran sakit yang dirasakannya.
Subhaanallaah.




Mari kita hafal terlebih
dahulu arti per ayatnya sebelum kita memaknainya.




Bismillaah, arrahmaan,
arrahiim (Bismillaahirrahmaanirrahiim)


(Dengan nama Allaah,
Maha Pengasih, Maha Penyayang)




Alhamdulillaah, Rabbil
'aalamiin


(Segala puji hanya milik
Allaah, Rabb semesta 'alam)




Arrahmaan, Arrahiim

(Maha Pengasih, Maha
Penyayang)




Maaliki, yaumiddiin

(Penguasa, Hari
Pembalasan/Hari Tempat Kembali)




Iyyaaka, na'budu, wa
iyyaaka, nasta'iin


(KepadaMulah, kami
menyembah, dan kepadaMulah, kami mohon pertolongan)




Ihdina, asshiraathal,
mustaqiim ---> berharaplah dengan penuh harap ketika membacanya.


(Tunjuki kami, jalan,
golongan orang-orang yang lurus)




Shiraath, alladziina,
an'am, ta 'alayhim


(Jalan, yang, telah
Engkau beri ni'mat, kepada mereka)




Ghayril maghduubi
'alaihim, wa laddhaaaalliiin.


(Bukan/Selain, (jalan)
orang-orang yang telah Engkau murkai, dan bukan (jalan) orang-orang yang sesat)





Melanjutkan tulisan yang
ketiga, maka setelah membaca Surah Al-Faatihah, maka hendaknya kita membaca
ayat-ayat Al-Qur'an.



Ruku'



Lalu ruku', dimana ketika
ruku' ini beliau mengucapkan bermacam-macam dzikir dan do'a. Kadangkala beliau
mengucapkan yang ini dan kadangkala mengucapkan yang itu :




1. Subhaana, rabbiyal,
'adzhiimi.


(Maha Suci, Tuhanku,
Yang Maha Agung)


---> dzikir ini
diucapkan beliau sebanyak tiga kali.


(Hadits riwayat Ahmad,
Abu Daud, Ibn Majah, Ad-Daaruquthni, Al-Bazaar, dan Ath-Thabarani)


---> kadangkala juga
beliau membacanya berulang-ulang lebih banyak dari tiga kali, dan sesekali
beliau


berlebihan dalam
mengulanginya ketika shalat lail (malam), sehingga lama ruku'nya hampir
mendekati


lama berdirinya.



2. Subbuuhun, qudduus,
rabbul malaaikati, warruuh.


(Maha Suci Engkau ya
Allaah, Pemberi berkah, Tuhan malaikat, dan ruh) --> Riwayat Muslim




3. Allaahumma, laka
raka'at, wa aamantu, wa laka aslamtu,


(Yaa Allaah, kepadaMu,
kuserahkan ruku'ku, kepadaMu aku beriman, kepadaMu aku Islam (menyerahkan
diri).)


anta rabbiiy, khasa'a
laka sam'iiy, wa bashariy, wa mukhyii, wa 'adzhomii, wa fii riwaayah


(Engkau Tuhanku,
KepadaMulah pendengaran, penglihatan, otak, tulang, dan syarafku tunduk)


wa mastaqallat bihi,
qadamii, lillaah, rabbil 'aalamiin.


(Dan apa yang dibawa
kakiku, kuserahkan, kepada Allaah, Tuhan semesta alam)


(HR. Ad-Dharuquthni)





Memperpanjang Ruku'

Diriwayatkan bahwa :



"Rasulullaah
Sallallaahu 'alayhi wa sallaam, menjadikan ruku'nya, dan bangkitnya dari ruku',
sujudnya, dan duduknya di antara dua sujud hampir sama lamanya."




(Hadits Shahih Riwayat
Imam Bukhari dan Muslim)





I'tidal

Rasululullaah Sallaahu
'alayhi wa sallaam mengangkat punggungnya dari ruku' sambil mengucapkan,


"Mudah-mudahan
Allah mendengarkan (memperhatikan) orang yang memujiNya".


(Hadits diriwayatkan
oleh Imam Al-Bukhari dan Muslim)




Maka ketika kita i'tidal
atau bangkit dari ruku, sambil mengangkat kedua tangan sejajar bahu ataupun
sejajar telinga, maka kita mengucapkan :




Sami'allaahu, li, man,
hamida, hu


(Mudah-mudahan mendengar
Allah, kepada, sesiapa yang, memuji, Nya)





"Sesungguhnya imam itu
dijadikan hanya untuk diikuti. Oleh karena itu, apabila ia mengucapkan
"sami'allaahu liman hamidah", maka ucapkanlah "rabbanaa lakal
hamdu", niscaya Allah memperhatikan kamu. Karena Allah yang
bertambah-tambahlah berkahNya, dan bertambah-tambahlah keluhuranNya telah
berfirman melalui lisan NabiNya saw., "Mudah-mudahan Allah mendengarkan
(memperhatikan) orang yang memujiNya".


(Hadits diriwayatkan
oleh Imam Muslim, Imam Ahmad, dan Abu Daud)




Maka mari kita baca :

Rabbanaa, lakal, hamdu

(Yaa Tuhan kami,
bagiMulah, segala puji)




Kadangkala lafadzh
diatas beliau tambahkan seperti :


mil assamaawaati, wa mil
al ardhi, wa mil a maa shikta, min shai in, ba'du


(Sepenuh langit, dan
sepenuh bumi, dan sepenuh apa yang Engkau kehendaki, dari sesuatu, sesudahnya)


Kalimat diatas
didasarkan pada hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Abu 'Uwanah)





Sujud

Ketika kita sujud, maka
dengan tenang hendaknya kita mengucapkan do'a-do'a sujud seperti yang telah
dicontohkan Rasulullaah Sallallaahu 'alayhi wa sallaam.




1. Subhaana, rabbiyal,
a'laa


(Maha Suci, Tuhanku,
Yang Maha Luhur)


Dzikir ini beliau
ucapkan sebanyak tiga kali, dan kadangkala beliau mengulang-ulanginya lebih

daripada itu.




2. Subhaana, rabbiyal,
a'laa, wa, bihamdi, hi


(Maha Suci, Tuhanku,
Yang Maha Luhur, dan, aku memuji, Nya)




3. Subbuuhun, qudduusun,
rabbul malaaikati, warruuh


(Maha Suci, Pemberi
Berkat, Tuhan malaikat, dan ruh)





Duduk antara dua Sujud

Ketika kita bangun dari
sujud, maka hendaklah kita berdo'a sepertinya do'anya Rasulullaah, dan bacalah
do'a tersebuh dengan sungguh-sungguh, perlahan-lahan, dan penuh pengharapan
kepada Allah Subhaana wa Ta'ala.




Di dalam duduk ini,
Rasulullaah Sallallaahu 'alayhi wa sallaam mengucapkan :


Allaahummaghfirlii,
warhamnii, wajburnii, warfa'nii, wahdinii, wa 'aafinii, warzuqnii


(Ya Allaah ampunilah
aku, kasihanilah aku, cukupilah kekuranganku, sehatkanlah aku, dan berilah
rizqi kepadaku)




Dari Hadits yang
diriwayatkan Muslim, bahwa Rasulullaah saw, kadangkala duduk tegak di atas
kedua tumit dan dada kedua kakinya. Beliau juga memanjangkan posisi ini
sehingga hampir mendekati lama sujudnya (Al-Bukhari dan Muslim).





Duduk At-Tasyaahud Awal

01. Sebuah hadits yang
diriwayatkan Imam Al-Bukhari, Muslim, dan Ibnu Abi Syaibah.


Dari Ibn Mas'ud berkata,
Rasulullaah saw telah mengajarkan at-tasyaahud kepadaku, dan kedua telapak
tanganku (berada) di antara kedua telapak tangan beliau - sebagaimana beliau
mengajarkan surat dari Al-Qur'an kepadaku : ---> (Mari dihafalkan setiap
katanya sehingga shalat kita lebih mudah untuk khusyuk)




Attahiyyaatulillaah,
wasshalawatu, watthayyibaat.


Segala ucapan selamat
adalah bagi Allaah, dan kebahagiaan, dan kebaikan.




Assalaamu 'alayka * ,
ayyuhannabiyyu, warahmatullaah, wa barakaatuh.


Semoga kesejahteraan
dilimpahkan kepadamu *, wahai Nabi, dan beserta rahmat Allaah, dan berkatNya.




Assalaamu 'alaynaa, wa
'alaa, 'ibaadillaahisshaalihiiin.


Semoga kesejahteraan
dilimpahkan kepada kami pula, dan kepada sekalian hamba-hambanya yang shaleh.




Asyhadu, allaa, ilaaha,
illallaah.


Aku bersaksi, bahwa
tiada, Tuhan, kecuali Allaah.




Wa asyhadu, anna
muhammadan, 'abduhu, wa rasuluhu.


Dan aku bersaksi, bahwa
muhammad, hambaNya, dan RasulNya.




* Hal ini ketika beliah
masih hidup, kemudian tatkala beliau wafat, maka para shahabat mengucapkan :


Assalaamu 'alannabiy.

Semoga kesejahteraan
dilimpahkan kepada Nabi.




02. Sebuah hadits yang
diriwayatkan Imam Muslim, Abu 'Uwanah, Asy-Syafi'i, dan An-Nasa'i.


Dari Ibnu 'Abbas
berkata, Rasulullaah telah mengajarkan At-Tasyahhud kepada kami sebagaimana
mengajarkan surat dari Al-Qur'an kepada kami. Beliau mengucapkan :




Attahiyyaatul
mubaarakaatusshalawaatutthayyibaatulillaah.


Assalaamu 'alayka
ayyuhannabiyyu warahmatullaahi wa barakaatuh.


Assalaamu 'alayna wa
'alaa 'ibaadillaahisshaalihiin.


Asyhadu allaa ilaaha
illallaah.


Wa asyhadu annaa
muhammadarrasuulullaah.


(dalam riwayat lain : Wa
asyhadu annaa, muhammadan, 'abduhu, warasuuluh)


--> Artinya sama
dengan yang diatas, insha Allaah.





Bacaan shalawat Nabi di
akhir shalat


Rasulullaah saw.
mengucapkan shalawat atas dirinya sendiri di dalam tasyahhud pertama dan
lainnya. Yang demikian itu beliau syari'atkan kepada umatnya, yakni beliau
memerintahkan kepada mereka untuk mengucapkan shalawat atasnya setelah
mengucapkan salam kepadanya dan beliau mengajar mereka macam-macam bacaan
salawat kepadanya.




Berikut kita ambil
sebuah hadits yang sudah umum di kita, diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Muslim,
dan Al-Humaidi, dan Ibnu Mandah.




Allaahumma, shalli 'alaa
muhammad, wa 'alaa, aali muhammad.


Ya Allaah, berikanlah
kebahagiaan kepada Muhammad dan kepada, keluarga Muhammad




Kamaa, shallayta, 'alaa
ibrahiim, wa 'alaa, aali ibraahiim.


Sebagaimana, Engkau
telah memberikan kebahagiaan, kepada Ibrahim, dan kepada, keluarga Ibrahim.




Innaka, hamiidummajiid.

Sesungguhnya Engkau,
Maha Terpuji lagi Maha Mulia.




Allaahumma, baarik,
'alaa muhammad, wa 'alaa aali muhammad.


Ya Allaah, berikanlah
berkah, kepada Muhammad, dan kepada, keluarga Muhammad




Kamaa, baarakta, 'ala
ibraahiim, wa 'alaa, aali ibraahiiim.


Sebagaimana, Engkau
telah memberikan berkah, kepada ibrahim, dan kepada, keluarga Ibrahim.




Innaka, hamiidummajiid.

Sesungguhnya Engkau,
Maha Terpuji lagi Maha Mulia.





Cara Mengucapkan Salam

Mari kita simak hadits
berikut, yang diriwayatkan oleh Abu Daud, An-Nasa'i, dan Tirmidzi serta
dishahihkan olehnya.




"Rasulullaah saw.
mengucapkan salam ke sebelah kanannya : Assalaamu 'alaykum warahmatullaahi wa
barakaatuh (Mudah-mudahan kesejahteraan dilimpahkan kepada kamu sekalian serta
rahmat Allaah, serta berkatNya), sehingga tampaklah putih pipinya sebelah
kanan. Dan ke sebelah kiri beliau mengucapkan : Assalaamu 'alaykum
warahmatullaah (Mudah-mudahan
kesejahteraan dilimpahkan kepada kamu sekalian
serta rahmat Allaah), sehingga tampaklah putih pipinya yang sebelah kiri."




Perhatikanlah, bahwa
ternyata ucapan kita ketika menoleh ke kanan (salam yang pertama) lebih banyak
daripada ucapan kita ketika menoleh ke kiri (salam yang kedua).




Atau dalam riwayat lain,
ketika salam yang pertama beliau mengucapkan : Assalaamu 'alaykum
warahmatullaah, dan pada salam yang kedua beliau mengucapkan : Assalaamu
'alaykum.




Alhamdulillaah, Maha
Benar Allaah atas segala FirmanNya. Maka semoga kesebelas artikel ini
menjadikan jalan kemudahan bagi kita di dalam usaha kita berusaha khusyuk dan
memahami setiap gerakan yang kita lakukan, sehingga benar-benar memiliki ruh
dan nilai yang sulit bagi kita untuk menuangkannya dalam kata-kata, karena
begitu nikmatnya shalat itu.

Dikdik Andhika Ramdhan







Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.