Ternyata disana ada nilai kekhusyukan kita...

Bismillaahirrahmaanirrahiim,

Malam memang sudah cukup larut, meskipun suasana hiruk pikuk kota Jakarta masih tak jauh berbeda dengan suasana saat terik di tengah petala langit di siang hari.

Sebuah jam beker masih berdetak meski kadang tak lagi terdengar satu persatu detakannya. Jarumnya kini hampir merapat di angka satu, yang berarti memang dini hari sesaat lagi akan tiba.

Mungkin sudah tidak sedikit orang-orang yang sudah mulai terlelap, namun tidak begitu dengan kami. Saat itu kami masih terlalu asyik bertukar kisah, berbagi cerita, berungkap pengalaman tentang apa yang sudah kami lalui, sedang kami jalani, atau bahkan rencana apa yang ingin kami dapati dikemudian hari. Malam ini memang seorang kawan lama menyempatkan dirinya menginap di kamar kost saya, satu moment yang memang jarang bisa kami dapati, apalagi di sela-sela kesibukkan masing-masing diantara kami.

Saya terdiam, hanya gerak mata dan setia dengaran yang satu demi satu memahami setiap ucap kata yang terlontar darinya. Usai ia berkata, kini giliran saya angkat bicara, dan iapun terdiam lalu tak beda melakukan hal yang sama ketika tadi sayapun melakukannya. Untuk sesaat kemudian kami semakin menikmati diskusi tersebut.

Kami saling mengerti, kami saling memahami hingga tak terasa sudah begitu banyak kisah terurai dalam percakapan kami saat itu. Mungkin andaikan seorang penulis berada untuk menyimak percakapan antara kami saat itu, lebih dari sekian karya akan terlahir bermula dari cerita-cerita yang kami bahas saat itu.

Saya terdiam sejenak,
Membayangkan betapa nikmatnya ketika kita dapat berkomunikasi dengan ia lawan bicara kita. Tiada lain karena kita selalu mencoba untuk mengerti dan memahami atas apa yang terlontar dari tutur kata kita maupun lawan bicara kita.

Saya jadi teringat, bukankah ibadah shalat kitapun adalah salah satu bentuk komunikasi kita dengan Ia sang maha segalanya? Ia yang dari kuasanya telah mampu membolak-balikkan siang dan malam, Ia yang dari kuasanya telah mampu menerbitkan mentari di ufuk timur dan menenggelamkannya di ufuk barat untuk kita tafakuri? Namun mengapa terlalu sering kita untuk berucap bahwa sulit untuk  menemukan saat-saat indah berkomunikasi dengan-Nya. Lalu kita jadikan ungkapan itu sebagai harga mati dalam pikir kita, tanpa sedikitpun berusaha mencoba mencari tahu bagaimana kita meraih kenikmatan kekhusukan kita dalam beribadah kepada-Nya.

Mungkin satu dari sekian kesulitan kita merasakan nikmat ibadah kita adalah karena kita tidak atau mungkin masih kurang memahami akan makna dari apa yang kita lafadzkan dari setiap bacaan dan gerak ibadah shalat kita. Kita hanya membacanya, tak ubah seperti seorang pembaca berita amatir yang dituntut untuk membacakan setumpukan berita dalam tautan waktu tertentu, tanpa memahami lebih lanjut apa yang ia baca dalam gerak bibirnya, apa yang ia rasakan dalam sanubarinya.

Kondisinya mungkin tidak jauh berbeda, (maaf) ketika kita menemukan seekor burung beo yang pintar sekali berkata-kata. Namun apakah ia menikmati dan merasakan komunikasi dengan orang yang diajaknya berkata? Saya kira tidak. Karena burung beo itu hanya mengulang-ulang kosa kata sesuai dengan kondisi yang ia dapati. Tanpa sedikitpun paham akan apa yang ia utarakan.

Untuk itu, kiranya tidak ada salahnya jika mulai saat ini kita mencoba untuk lebih memahami satu demi satu kandungan kata penuh makna dalam bacaan shalat kita. Berharap dapat merasakan betapa nikmatnya kebersamaan kita ketika bersama dengan-Nya.

Semoga Alloh SWT memudahkan kita untuk dapat memahami setiap makna dalam bacaan shalat kita, memahami sampai terasa masuk kedalam hati dan sanubari kita, karena darinya ada satu alasan untuk nilai kekhusyukan kita. Dan semoga Alloh SWT menggolongkan kita menjadi satu dari sekian hamba-hamba -Nya yang khusyuk.

Aamiin yaa robbal'alamiin,
Wallaahu'alam bish-shawab.

18 komentar:

  1. untuk muhasabah diri..
    hatur nuhun kang dik2 :)

    BalasHapus
  2. Aamiin.., smg kita termasuk orang2 yang tidak merugi.
    TFS ya

    BalasHapus
  3. siipp..makasih sudah diingatkan

    BalasHapus
  4. zikir lisan.....zikir hati....hmmm....sarapan yang menyejukkan....alhamdulillah....tfs...

    BalasHapus
  5. duh bagus banget....
    beneran ngingetin lea untuk lebih khusyuk...event itu susah,...
    but lea akan selalu berusaha...
    makasih ya sudah mengingatkan...:)

    BalasHapus
  6. Tfs.. hix... sangat mencerahkan. Nuhunnya De'...

    BalasHapus
  7. Aamiin...ALLOHUMAA aamiin...
    JazaakaLLOHU biahsanil jazaa', Kang Dik2... :)

    Koq bisa pas ya sama kondisi-ku b'brapa hari ini...lagi sering sholat buru2, begitu juga do'a-nya...semuanya krn hafalan aja. Ya...kayak beo dong ya...? AstaghfiruLLOH AL 'ADZIIM...

    BalasHapus
  8. Nah, ini juga kan hasil dari perenungan seorang calon penulis besar bro ^_^
    Semangat ya!

    BalasHapus
  9. rasa ingin memahami dan mengerti saat komunikasi itu menurutku terjadi karna rasa cinta dan kasih sayang ke org tsb, begitu jg ke Allah, coba klo cinta ke Allah lbh besar pasti deh rasa itu muncul... :)

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.