Tak Perlu Malu, Belajar Dari Mereka ...

Bismillaahirrahmaanirrahiim,

Sebuah dendang nasyid masih mengalun diantara rerimbunan dan sejuknya suasana kota hujan siang itu. Seorang bapak yang aku kira usianya telah lebih dari tujuh puluh tahunan masih asyik memetik satu demi satu dawai nada mengiringi lirik-lirik penuh makna, sementara itu seorang wanita yang mungkin istrinya, pula tak jauh bedanya usia diantara mereka, berada disampingnya mendendangkan alunan rebana.

Tak ada masalah, tak ada keluh kesah, semua mengalir seakan sungai yang mengalun, mengukir dan meliuk indah diantara himpitan dua tanah hitam. Jika seorang pujangga berkata, mungkin tak berlebihan jika moment saat itu dikatakan, "Begitu indah ..."

Sosok yang mungkin semestinya tak perlu lagi bersusah payah berada pada satu sisi kesulitan hidup dalam mengais rezeki, justru kini berada disana. Berada dalam satu derita yang mengantarkannya pada satu posisi hidup dalam ketidakpastian akan apa yang akan didapatinya dalam mengarungi hari-hari dalam hidupnya.

Sepertinya terlalu picik jika kita mengatakan bahwa mereka itu pengemis jalanan. Sedangkan dalam kenyataannya, mereka justru lebih sabar dalam menjalani segala sesuatu beban dalam hidupnya. Tidak seperti kita yang justru ternyata terlalu sering untuk berkeluh dan mengemis serta mengiba sorot perhatian dan kasih sayang orang-orang disekitar kita ketika mendapati satu demi satu kerikil masalah menghampiri kehidupan ini.

Aku tertegun ...

Langkah-langkah kaki ini membawaku merenungi satu demi satu jejak hari. Dedaun rindang masih memayungi diri, semilir angin berhembus mengisahkan suasana hati.

Aku jadi teringat mereka. Mereka yang justru mampu berdiri dan berjalan tegak disaat aku hanya bisa tergopoh menjejak perjalanan panjang kisah kehidupan. Mereka yang mampu berkata tegar disaat mendung menghiasi langit kehidupan. Mereka yang bisa menebar senyum dan tawa disaat kepedihan dan kepiluan memaksa mereka berada pada tebing kesedihan.

Ah, ternyata tidak perlu malu untuk belajar dari mereka.

Pernah juga aku tertegun dan tersipu malu. Ketika dua mata ini terbangun dalam keindahan satu pertiga malamnya. Dua mata ini terbuka ketika satu demi satu percikan air wudhu mengalun dari balik dinding kamarku.

Mereka bukan para pemuja harta, mereka juga bukan penggila dunia. Kondisi kamar kontrakan mereka sering membuatku seharusnya lebih bersyukur. Dengan berdinding batu bata yang dilain sudutnya disambung dengan lempengan seng, namun mereka masih mampu hidup dan selalu dekat dengan Ia yang maha memilikinya.

Keistiqamahan mereka dalam menemui saat-saat terindah berdua dengan Rabb-Nya, telah mereka hadirkan bukan hanya sekali dua kali saja, namun sepertinya tak pernah lengkang dalam hitungan.

Subhanalloh ...

Memang, semestinya mungkin kita harus sedikit menundukkan kepala atas berjuta kesombongan yang ada. Menatap hikmah dari mereka yang justru mungkin jauh lebih baik kualitas ibadahnya, lebih baik dalam mensyukuri hari-harinya, lebih baik dan bijak dalam menghadapi satu demi satu masalah dalam kehidupannya, serta lebih baik dalam menata langkah menggapai keistiqamahan dalam rajutan kasih dan sayang-Nya.

Ya Rabb, izinkan kami untuk bisa merasakan nikmatnya hari-hari, menggapai barokah, menuai hikmah dari setiap apa yang ada. Serta jadikan dan persatukanlah kami dengan mereka ahli-ahli syukur-Mu serta mereka ahli-ahli menata diri dan menata hati. Ya Rabb kabulkanlah do'a kami ...

Aamiin yaa robbal'alamiin

Tulisan ini juga dimuat di :
Eramuslim

12 komentar:

  1. Aaamiin Allahumma Aaamiiin...
    Makasih kang atas sharingnya...

    BalasHapus
  2. aamiin..., makasih yach atas tulisannya..jadi nyadarin buat lbh bsyukur dgn apa yg ada...btw ini teh cerita yg ke bogor itu???, klo iya ..subhanallah yach.. msh bisa ngambil hikmah dr sesuatu yg ditemuin padahal kn sdg jalan2 :D

    BalasHapus
  3. TFS... jadi berasa bersalah... sering lalai bersyukur

    BalasHapus
  4. Aamiin...
    Jazakallah saudaraku
    Allah sebaik-baik pembalas amal hamba-Nya

    BalasHapus
  5. Subhaanallaah...

    "Maka nikmat Robb-mu yg manakah yg kamu dustakan?

    BalasHapus
  6. kasih Ilahi tiada bertepi...x mengenal siapa..dan x berakhir...kekal selamanya..

    BalasHapus
  7. Ketulusan dan keprasarahan serta pengabdian seorang hamba pada pencipta-Nya.. salah satunya adalah dengan terus berusaha dan berusaha serta berjuang dalam meniti hidup.. tanpa mengenal lelah, juga tidak pernah berkeluh kesah... makasih mas.. pencerahaanya sukses selalu dech

    BalasHapus
  8. Aamiin yaa Rabbal'alamiin .... Subhanallah .... setiap yang kita rasa, lihat, dengar & sentuh memang bisa menjadi suatu pelajaran berharga.

    BalasHapus
  9. Aamiin, syukron A Dik2... diingetin :)

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.