Jakarta Punya Gubernur Baru, Jakarta Nggak Lagi Macet, Asal ...

Macet Tegal Parang
Pemilihan Kepala Daerah untuk menentukan siapa yang layak memimpin Jakarta sebagai Ibu Kota Republik Ini baru saja usai. Meskipun memang belum secara resmi Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) mengumumkan hasilnya, namun berbagai hasil perhitungan cepat (Quick Count) atas pemungutan suara tahap dua yang telah dilakukan beberapa hari terakhir sepertinya tidak akan jauh berbeda.

Pasangan Joko "Jokowi" Widodo yang saat ini masih menjabat sebagai walikota Solo yang berpasangan dengan Basuki "Ahok" Tjahja Purnama, berhasil mengungguli pasangan incumbent Fauzi "Foke" Wibowo dan Narchrowi "Nara" Ramli. Dengan selisih suara yang rata-rata sekitar 8% dari total suara yang masuk, pasangan Jokowi - Ahok sepertinya akan menjadi harapan baru bagi masyarakat ibu kota.

Setelah sebelumnya kedua pasangan ini harus bertarung dengan empat pasang calon Gubernur - Wakil Gubernur lainnya yang harus gugur di putaran pertama, pemungutan suara tahap kedua memang menjadi tahapan penentuan.

Namun yang menjadi menarik adalah problematika yang akan dihadapi oleh sang pemenang dalam ajang ini. Mampukah mereka mengatasi satu permasalahan yang semakin hari semakin meraja lela di ibu kota ini? Mampukah mereka mengurai problematika kemacetan Jakarta?

Satu hal dari imbasnya Jakarta yang saat ini berdiri sebagai pusat bisnis dan pusat pemerintahan tiada lain adalah permasalahan transportasi. Bertahun-tahun kemacetan Jakarta menjadi problem pelik yang sepertinya semakin hari semakin sulit untuk diatasi. Pernah ada agenda untuk memisahkan kedua predikat yang saat ini menempel di punggung Jakarta tersebut, namun sepertinya dari dulu rencana itu baru hanya wacana saja.

Kehadiran Gubernur Baru memang banyak diharapkan untuk bisa meredam permasalahan ini. Tentunya dengan berbagai ide, pemikiran, serta kebijakan darinya diharapkan akan bisa menghadirkan kembali senyum warga ibu kota.

Selama masa kampanye, hampir semua pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur menjajakan berbagai ide tersebut. Tidak terkecuali pasangan Jokowi - Ahok tentunya. Dari mulai ide pembangunan sarana transportasi masal sekelas MRT, diperbanyaknya jalan layang, pembatasan kendaraan pribadi sampai ke pemaksimalan jalur dengan menerapkan arus contra flow di beberapa ruas jalan ibu kota diajukan mereka.

Namun, sebenarnya mari kita cari tahu dimana letak penyebab kemacetan ini terjadi?

Sebagai contoh saya akan mengajak anda untuk berkendara menuju ibu kota dari Bekasi, sebagai salah satu kota terdekat dari Jakarta.

Perjalanan dimulai sejak masuk gerbang tol, dari sini kemacetan sudah mulai terjadi. Apa penyebabnya? mungkin penyebabnya adalah antrian di loket tol. Namun ternyata setelah lepas dari loket tol masuk kemacetan masih saja terjadi. Perjalanan berlanjut menyusuri ruas tol Dalam Kota Jakarta.

Di pertemuan ruas tol Dalam Kota dari arah Bekasi dengan ruas tol Jagorawi di KM 0 kemacetan semakin parah. Banyaknya kendaraan mobil dari arah tol Jagorawi yang menginginkan masuk ke ruas contra flow di KM 1.70 memang sepertinya menjadi penyebabnya. Namun tunggu dulu, setelah kendaraan-kendaraan tersebut masuk ternyata kemacetan masih saja terjadi.

Kemacetan ini terus berlanjut hingga akhirnya di gerbang keluar tol menuju Tegal Parang (Mampang Kuningan) kita akan mendapati apa sebenarnya penyebab kemacetan ini terjadi. Antrian panjang kendaraan -kendaraan pribadi yang notabene hanya berpenumpang 1 aau 2 orang saja berbaris rapi disana. Meskipun saat ini ruas masuk Kuningan sudah ditetapkan sebagai jalur 3 in 1, yaitu jalur lalu lintas yang hanya boleh dilintasi oleh mobil yang berpenumpang 3 orang atau lebih, ternyata tidak menyurutkan para pemilik kendaraan untuk berkendara memasuki satu kawasan di kota Jakarta tersebut. Bagaimana tidak, jasa joki 3 in 1 yaitu orang yang menawarkan jasa tumpangan untuk melintasi jalur tersebut kini semakin marak di ibu kota, apalagi ternyata kini banyak perusahaan-perusahaan juga yang menyediakan sarana reimbursement atau penggantian biaya untuk ongkos menyewa joki tersebut.

Di sisi lain mari kita tengok sebuah bis umum yang harus membawa penumpang berjejalan didalamnya. Ini sepertinya seharusnya menjadi jawaban problematika kota kita ini. Antara kemauan pemerintah untuk memperbaiki ketersediaan moda transportasi masal yang didukung oleh kesadaran warga untuk beralih menggunakan transportasi umum tidak lagi menggunakan kendaraan mobil pribadi jika hanya untuk mengangkut satu dua orang saja, sepertinya adalah jawaban yang paling tepat. Karena akan menjadi percuma jika seperti saat ini dimana pemerintah menyediakan Busway sebagai salah satu sarana transportasi yang sebelumnya diharapkan akan membantu mengurangi kemacetan jakarta, namun ternyata tidak menggoyah kesadaran warga yang tetap saja menggunakan kendaraan pribadinya.

Semoga ini menjadi perhatian serius kita semua..

Photo diambil dari viva.co.id

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.