Lantunan AlQuran Dalam Bis Kota #RamadhanOnTheBus Eps. 1
Pagi masih menghitam. Belum terlihat meski hanya selembar sinar dari ufuk timur untuk membuka cakrawala pagi. Namun laju sepeda motor ini telah mengantarkan diri pada sebuah sudut kota dimana hiruk pikuk warganya seakan tak menghiraukan semuanya. Hanya satu benak dalam kepala meraka, bagaimana caranya agar tidak terlambat masuk kerja di hari pertama bulan Ramadhan tahun ini.
Sejenak setelah memarkirkan kuda besi tua berwarna biru yang tadi sudah mengajakku berlari kini aku berada diantara mereka. Pula berpikir yang sama. Berpikir tentang hal yang sama juga.
Dari kejauhan sebuah bis berwarna putih melambaikan kehadirannya. Akupun bersiap untuk menyambut kedatangannya.
Namun, sayang sekali tak ada satupun kursi tersisa untukku meski hanya untuk bersandar pagi ini. Aku meletakkan tas hitam ranselku di lantai bis dan mulai membuka ponsel tua ini. Setelah mengabarkan pada istriku bahwa aku telah naik bis akupun segera membuka menu Al Quran digital dalam ponsel tersebut. Satu persatu ayat-Nya aku baca, melanjutkan tilawah tadarus yang telah kumulai tadi malam.
Aku menghela nafas dan sejenak melirik ke satu arah. Alhamdulillah ternyata akupun menemukan pemandangan yang sama. Ini yang aku rindukan dari Ramadhan. Begitu banyak orang tak ingin menyia-nyiakan waktunya untuk bersama-Nya, mengisinya meski hanya dengan membaca lirih kitab suci-Nya. Dan aku merasakan lantunan kitab suci-Mu bersenandung dalam penatnya bis kita pagi ini.
Semoga ini permulaan yang baik di bulan yang baik ini. Menuju Islam yang rahmatan lil'alamin, semoga semua orang mulai memperbaiki diri, menahan diri serta berintrospeksi atas segala khilaf yang senantiasa menggelayuti diri tidak terkecuali diriku.
Sejenak setelah memarkirkan kuda besi tua berwarna biru yang tadi sudah mengajakku berlari kini aku berada diantara mereka. Pula berpikir yang sama. Berpikir tentang hal yang sama juga.
Dari kejauhan sebuah bis berwarna putih melambaikan kehadirannya. Akupun bersiap untuk menyambut kedatangannya.
Namun, sayang sekali tak ada satupun kursi tersisa untukku meski hanya untuk bersandar pagi ini. Aku meletakkan tas hitam ranselku di lantai bis dan mulai membuka ponsel tua ini. Setelah mengabarkan pada istriku bahwa aku telah naik bis akupun segera membuka menu Al Quran digital dalam ponsel tersebut. Satu persatu ayat-Nya aku baca, melanjutkan tilawah tadarus yang telah kumulai tadi malam.
Aku menghela nafas dan sejenak melirik ke satu arah. Alhamdulillah ternyata akupun menemukan pemandangan yang sama. Ini yang aku rindukan dari Ramadhan. Begitu banyak orang tak ingin menyia-nyiakan waktunya untuk bersama-Nya, mengisinya meski hanya dengan membaca lirih kitab suci-Nya. Dan aku merasakan lantunan kitab suci-Mu bersenandung dalam penatnya bis kita pagi ini.
Semoga ini permulaan yang baik di bulan yang baik ini. Menuju Islam yang rahmatan lil'alamin, semoga semua orang mulai memperbaiki diri, menahan diri serta berintrospeksi atas segala khilaf yang senantiasa menggelayuti diri tidak terkecuali diriku.
Leave a Comment